Rabu, 23 September 2015

Menyemai Kesungguhan

Novel "Negeri 5 Menara" menceritakan kisah seorang A. Fuadi dan histori pendidikannya. Ada halaman menarik diantara lembaran novel tebal itu. Kisah di kelas baru di PonPoes di tanah Jawa saat siswa baru mengikuti KBM pertama kalinya. Satu Mantera yang diajarkan sang guru adalah "Man jadda wa jadda". Mantera ini di ulang-ulang hingga sekitar 2 jam pelajaran. Kelas-kelas baru yang lain pun melakukan pembelajaran yang sama. Sehingga terjadi sahut-menyahut dan kompetisi volume dan semangat meneriakkan mantera itu.

Ada pula dalam "Laskar Pelangi". Mantera yang diajarkan Tuk Bayan Tulah (Mohon koreksi, saat saya menulis ini tidak sedang membuka novelnya). Saat murid-murid SD Muhammadiyah itu akan di hadapkan dengan Ujian Naional, mereka mencari mantera sakti agar bisa melewati ujian dengan baik. Dikisahkan mereka menemui seseorang yang bernama Tuk Bayan Tulah
untuk meminta mantera. Setelah dengan perjuangan panjang, mereka mendapatkan mantera yang harus dibaca bersama-sama. Ketika mereka berhimpun bersiap membaca mantera, mereka saling tatap 'deg-deg an'. Ketika di buka dan dibaca "Kalau mau berhasil, maka nya belajar" :). Dan mereka pun seketika mengumpat mantera itu.

Di suatu kesempatan saat saya di Masjid Daarut Tauhid Bandung, Aa Gym menuturkan pengalaman menarik saat silaturahim ke ponpes di bilangan Sidogiri Jawa Timur. "Yang di tanamkan ustadz kepada santrinya bukanlah motivasi untuk berprestasi, tetapi membangun kesungguhan untuk TEKUN yang dengannya prestasi akan mengikuti.
Ternyata KESUNGGUHAN dan KETEKUNAN adalah software yang pertama harus di program dan kemudian terus diupdate dalam diri siswa, yang dengannya prestasi dan kesuksesan sebagai dampak, akan mengikuti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar