Novel "Negeri 5 Menara" menceritakan kisah seorang A. Fuadi dan
histori pendidikannya. Ada halaman menarik diantara lembaran novel tebal
itu. Kisah di kelas baru di PonPoes di tanah Jawa saat siswa baru
mengikuti KBM pertama kalinya. Satu Mantera yang diajarkan sang guru
adalah "Man jadda wa jadda". Mantera ini di ulang-ulang hingga sekitar 2
jam pelajaran. Kelas-kelas baru yang lain pun melakukan pembelajaran
yang sama. Sehingga terjadi sahut-menyahut dan kompetisi volume dan
semangat meneriakkan mantera itu.
Ada pula
dalam "Laskar Pelangi". Mantera yang diajarkan Tuk Bayan Tulah (Mohon
koreksi, saat saya menulis ini tidak sedang membuka novelnya). Saat
murid-murid SD Muhammadiyah itu akan di hadapkan dengan Ujian Naional,
mereka mencari mantera sakti agar bisa melewati ujian dengan baik.
Dikisahkan mereka menemui seseorang yang bernama Tuk Bayan Tulah
untuk meminta mantera. Setelah
dengan perjuangan panjang, mereka mendapatkan mantera yang harus dibaca
bersama-sama. Ketika mereka berhimpun bersiap membaca mantera, mereka
saling tatap 'deg-deg an'. Ketika di buka dan dibaca "Kalau mau
berhasil, maka nya belajar" :). Dan mereka pun seketika mengumpat
mantera itu.
Di suatu kesempatan saat saya
di Masjid Daarut Tauhid Bandung, Aa Gym menuturkan pengalaman menarik
saat silaturahim ke ponpes di bilangan Sidogiri Jawa Timur. "Yang di
tanamkan ustadz kepada santrinya bukanlah motivasi untuk berprestasi,
tetapi membangun kesungguhan untuk TEKUN yang dengannya prestasi akan
mengikuti.
Ternyata KESUNGGUHAN dan
KETEKUNAN adalah software yang pertama harus di program dan kemudian
terus diupdate dalam diri siswa, yang dengannya prestasi dan kesuksesan
sebagai dampak, akan mengikuti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar